Jumat, 10 Maret 2017

BAB I. TITIK DAN KURVA PADA SISTEM KOORDINAT



Assalamualaikum Wr. Wb.

Pengertian Geometri Analitik

             Apa itu "Geometri Analitik" ? seperti yang diketahui sebelumnya bahwa "Geometri adalah  cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang hubungan antara titik-titik, garis-garis, bidang-bidang serta bangun datar dan bangun ruang(solid)". sedangkan Geometri Analitik itu sendiri merupakan kajian terhadap obyek-obyek geometri dengan menggunakan sistem koordinat yang diulas menggunakan konsep dan prinsip aljabar dan analisis. Dengan membuat korespondensi antara persamaan matematika secara aljabar dengan tempat kedudukan secara geometrik diperoleh suatu metoda pemecahan masalah geometri yang lebih sistematik dan lebih tegas. Masalah-masalah geometri akan diselesaikan secara aljabar (atau secara analitik).Sebaliknya gambar geometri sering memberikan pemahaman yang lebih jelas pada pengertian hasil secara aljabar. Dalam hal ini juga memungkinkan menyelesaikan masalah aljabar secara geometri, tetapi model bentuk geometri jauh lebih penting daripada sekedar penyelesaian, khususnya jika bilangan dikaitkan dengan konsep pokok geometri.


SISTEM KOORDINAT KARTESIUS TEGAK LURUS


untuk menentukan letak atau posisi suatu titik pada sebuah bidang datar diperlukan suatu patokan. Patokan ini dapat ditentukan dari dua garis yang kedudukannya saling tegak lurus seperti yang terlihat pada Gambar 1.1 berikut:
 
 
Catatan: Dua garis yang saling tegak lurus tersebut salah satunya digambar secara mendatar (horizontal), sedangkan yang lainnya digambar tegak (vertikal). Selanjutnya coba Anda perhatikan Gambar 1.2. berikut, yang merupakan keterangan lanjutan dari Gambar 1.1.
 
Titik potong dua garis yang saling tegak lurus tersebut biasanya diberi nama O dan disebut titik asal (pusat sumbu). Garis yang digambarkan secara mendatar dinamakan sumbu X. Pada sumbu X ini, dari titik O ke kanan disebut arah positif, sedangkan dari titik O ke kiri disebut arah negatif (sumbu X negatif). Sementara itu, garis yang digambar secara vertikal (tegak) dinamakan sumbu Y. Pada sumbu Y ini, dari titik O ke atas dikatakan arah positif (sumbu Y positif).
 

Sedangkan dari titik O ke bawah dikatakan sebagai arah negatif (sumbu Y negatif). Secara umum, kedudukan dua garis dengan ketentuan-ketentuan seperti yang telah disebutkan di atas dinamakan Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus. Untuk Anda ketahui bahwa sistem koordinat ini dapat dipergunakan untuk menentukan letak atau posisi suatu titik pada bidang datar.

Dari sistem koordinat Kartesian Tegak Lurus, pada sumbu-sumbu koordinatnya dilengkapi dengan skala satuan panjang yang sama, baik pada sumbu X maupun pada sumbu Y seperti yang tampak pada Gambar 1.3. Tujuan pencantuman skala tersebut tentunya untuk mempermudah penentuan letak suatu titik ataupun jarak suatu titik ke titik yang lainnya jika menggunakan sistem koordinat tersebut.

   

Gambar 1.3 

Selanjutnya, perhatikan Gambar 1.4. Pada Gambar tersebut diketahui bahwa titik A terletak pada 5 satuan panjang ke kanan (arah positif) dari sumbu Y dan 3 satuan panjang ke atas (arah positif) dari sumbu X. Kondisi ini dapat ditulis sebagai A(5, 3). Dari posisi A (5, 3) dapat pula dikatakan bahwa absis titik A adalah 5, sedangkan koordinatnya adalah 3. Sementara itu, koordinat-koordinat titik B adalah pasangan terurut (-4, 5) yang menyatakan 4 satuan panjang ke kiri dari sumbu Y dan 5 satuan panjang ke atas dari sumbu X. Sedangkan C (0, -6) adalah suatu titik yang posisinya terletak pada sumbu Y dengan 6 satuan panjang ke bawah dari titik asal. Selanjutnya, jika terdapat suatu titik dengan notasi P (x, y), maka yang dimaksud notasi tersebut adalah suatu titik P yang berkoordinat (x, y). Sedangkan pasangan bilangan (x, y) dengan x sebagai tempat bilangan pertama dan y sebagai tempat bilangan kedua dinamakan “pasangan bilangan terurut”. Seandainya terdapat dua pasangan bilangan terurut, misal (a, b) dan (c, d), dua pasangan bilangan ini dikatakan sama jika dan hanya jika a = c dan b = d. Berarti, jika terdapat dua pasangan titik dengan koordinat (5, 3) dan (3, 5), maka pastilah dua pasangan titik tersebut tidak sama. ((5, 3) ¹ (3, 5)). Apabila pasangan-pasangan yang berbeda tersebut menyatakan koordinat titik pada bidang, tentunya pasangan-pasangan bilangan terurut tersebut menyatakan titik-titik yang berbeda pula.

 
Gambar 1.4 
 

 
Sebagai keterangan tambahan bahwa sumbu-sumbu koordinat (sumbu X dan sumbu Y) membagi bidang datar menjadi 4 (empat) daerah yang masing-masing disebut kuadran, yaitu kuadran I (daerah dengan sumbu X positif dan sumbu Y positif, kuadran II (daerah dengan sumbu X negatif dan sumbu Y positif), kuadran III (daerah dengan sumbu X negatif dan sumbu Y negatif), dan kuadran IV (daerah dengan sumbu X positif dan sumbu Y negatif). Untuk lebih jelasnya posisi keempat kuadran tersebut dapat Anda lihat pada Gambar 1.6 Sebagai pengayaan, seandainya R menyatakan himpunan semua bilangan real, maka R2 = R x R = {(x, y)|x ÃŽ R dan y ÃŽ R} adalah himpunan semua pasangan terurut dengan tempat bilangan pertama dan tempat bilangan kedua masing-masing bilangan real. Berarti, setiap bilangan real dapat dinyatakan sebagai suatu titik pada garis bilangan, atau dengan kata lain ada pemadanan (korespondensi) satu-satu antara himpunan semua bilangan real dengan himpunan semua titik pada suatu garis lurus. Selanjutnya, apabila sumbusumbu koordinat dipandang sebagai garis bilangan, maka setiap titik pada bidang datar dapat dinyatakan sebagai pasangan bilangan real. Ini berarti, setiap titik pada bidang dapat dikaitkan dengan suatu pasangan bilangan real terurut yang menyatakan koordinat titik-titik tersebut. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa suatu sistem koordinat kartesian pada bidang meletakkan pemadanan (korespondensi) satu-satu antara titik pada bidang dengan pasangan-pasangan bilangan real terurut dari R2 .


 
  Gambar 1.5

Tabel 1. Hubungan nilai absis dan ordinat suatu titik terhadap posisinya pada suatu kuadran Sistem Koordinat Cartesius

 


  Pemecahan Masalah Polya


Pemecahan masalah (problem solving) merupakan suatu prosedur untuk menemukan penyelesaian yang tepat atas suatu masalah. Prosedur tersebut pertama kali diformulasikan oleh George Polya (1887 - 1985) seorang guru dan ahli matematika yang menyatakan bahwa ada empat tahap pemecahan masalah yaitu :  understand the problem, devise a plan, carry out the plan, dan look back sebagai berikut :

1)        Understanding the Problem

Tahap pertama yang dilakukan untuk memecahkan masalah adalah memahami masalah. Cara yang disarankan Polya untuk memahami masalah dengan baik yaitu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
a.         Nyatakan masalah dengan kalimatmu sendiri !
b.        Tentukan apa saja yang akan ditemukan/dicari/diselesaikan !
c.         Apa saja yang tidak diketahui dari permasalahan itu ?
d.        Informasi apa saja yang kamu peroleh dari permasalahan itu ?
e.         Informasi apa saja yang tidak ada / hilang dari permasalahan itu ?
f.         Informasi apa saja yang tidak dibutuhkan dari permasalahan itu ?
2)        Devising a Plan
Tahap kedua pemecahan masalah adalah menentukan rencana penyelesaian berupa strategi-strategi pemecahan masalah. Beberapa strategi pemecahan masalah antara lain :
a.         Menemukan pola
b.        Menguji masalah yang relevan dan memeriksa apakah teknik yang sama dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
c.         Menguji masalah yang lebih sederhana atau khusus dari permasalahan itu dan diperbandingkan dengan penyelesaian masalah sebenarnya
d.        Membuat tabel
e.         Membuat diagram / gambar
f.         Menebak dan memeriksa (guess and check / trial and error)
g.        Menggunakan persamaan (equation) matematika
h.        Bekerja mundur (work backward)
i.          Mengidentifikasi bagian dari hasil (subgoal)
3)        Carrying Out the Plan
Tahap ketiga pemecahan masalah terdiri dari tiga aktivitas yaitu :
a.         Menerapkan satu atau lebih strategi pemecahan masalah untuk menemukan penyelesaian atau perhitungan
b.        Memeriksa setiap langkah strategi yang digunakan baik secara intuitif maupun dengan bukti formal
c.         Menjaga keakuratan proses pemecahan masalah
4)        Looking Back
Langkah terakhir pemecahan masalah adalah memeriksa kembali jawaban atau solusi terhadap permasalahan sebenarnya dengan cara :
a.         Memeriksa dengan pembuktian
b.        Menginterpretasikan penyelesaian/solusi berdasarkan permasalahan berdasarkan rasional atau pun argumentasi (reasonable)
c.         Jika memungkinkan lakukan pengujian untuk masalah lain yang relevan atau pun yang lebih umum dengan menggunakan teknik/strategi pemecahan masalah tersebut
Contoh penerapan pemecahan masalah polya :
            Gambarkan masalah kedalam bentuk sistem koordinat kartesius, deskripsikan kedudukan titik-titik yang memenuhi penyelesaian tersebut
1)        Tentukan kedudukan dari :
a.         Rute seorang pelari yang bergerak dengan jarak yang sama terhadap sisi jalur lari yang lurus
Penyelesaian :
Tahap pemecahan masalah
1.      Understanding problem
a.       Nyatakan masalah dengan kalimatmu sendiri
Misalkan seorang pelari adalah garis P dan garis A dan B adalah sisi jalur lari yang lurus atau dua garis sejajar.
Maka posisi pelari yaitu berada diantara sisi jalur lari yang lurus yang dimisalkan garis A dan garis B yang sejajar
b.      Tentukan apa yang akan ditemukan/dicari/diselesaikan !
Kedudukan seorang pelari yang berada diantara sisi jalur lari yang lurus
c.       Apa saja yang tidak diketahui dari permasalahan itu?
Kedudukan rute seorang pelari
d.      Informasi apa yang kamu peroleh ?
-garis A dan garis B berbeda posisi
- jarak sisi jalur lari yang lurus sama dengan rute seorang pelari
c.
2.  Devising a Plan
            Strategi pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
a.       Membuat diagram/gambar
Menggambarkan posisi garis A, B dan garis P sesuai kondisi masalah
b.      Menguji masalah yang relevan dan memeriksanya apa dapat digunakan
Memeriksa jika ada satu atau lebih teorema kedudukan titik yang menyerupai masalah

3  Carrying Out the Plan
a.       Membuat diagram gambar

b.      Memeriksa jika ada teorema yang sesuai

Teorema 1.4 : kedudukan titik-titik yang berjarak sama dari dua garis sejajar dan berada diantara keduanya.
Berdasarkan gambar dan teorema, maka kedudukan rute pelari dapat di deskripsikan sebagai garis lurus yang sejajar dengan sisi jalur lari dan berada diantara pertengahan sisi jalur lari.
4.  Looking Back
            Memeriksa kembali solusi dengan cara :
a.       Memeriksa dengan pembuktian teorema 1.4 secara deduktif
b.      Menginterpretasikan penyelesaian permasalahan berdasarkan argumentasi
-          Dua garis sejajar garis A dan garis B akan ada tiga kemungkinan titik-titik yang berjarak sama
-          Yang pertama diatas garis A tetapi tidak memiliki jarak yang sama terhadap garis b
-          Kedua dibawah garis B, tetapi tidak memiliki jarak yang sama terhadao garis A
-          Ketiga dibawah garis A dan diatas garis B atau pertengahan antara garis A dan garis B yang memiliki jarak yang sama terhadap kedua garis sejajar
 


Kedudukan Titik-titik dan Jarak antara Dua Titik 


Titik tidak memiliki panjang, satuan serta ukuran namun memiliki kedudukan atau posisi dan dilambangkan dengan noktah. Konsep titik diperkenalkan dalam geometri Euclid sebagai elemen yang tidak didefinisikan dan tidak memiliki dimensi panjang. Euclid mendefinisikan titik dalam buku I - Element yaitu “a point is that which has no part”. Geometri Euclid hanya membahas sifat titik yang diam/tetap, sedangkan geometri analitik juga menelaah sifat-sifat titik yang bergerak seperti yang terjadi di alam.
Untuk menentukan letak atau posisi suatu titik pada bidang datar diperlukan suatu patokan. Patokan itu dapat ditentukan dari dua garis yang saling tegak lurus, salah satu mendatar (horisontal) yang biasa disebut sumbu X dan yang lain tegak (vertikal) yang biasa disebut sumbu Y. Titik potong dua sumbu tersebut diberi nama lambang O dan disebut titik asal (awal). Dari titik O ke kanan atau ke atas disebut arah positif dan dari titik O ke kiri atau ke bawah disebut arah negatif. Letak suatu titik P dikaitkan dengan dua bilangan yang dinamakan koordinat x dan koordinat y dari titik P tersebut. Koordinat x titik P disebut absis titik P adalah koordinat x proyeksi P pada sumbu X. Koordinat y titik P disebut ordinat titik P adalah koordinat y proyeksi P pada sumbu Y. Koordinat-koordinat titik P adalah pasangan bilangan terurut (x, y). Ingat bahwa (x, y) ¹ (y, x).
Pasangan-pasangan bilangan terurut (a, b) = (c, d) jika dan hanya jika a = c dan b = d. Sumbu-sumbu datar dan tegak membagi bidang datar menjadi 4 bagian (kuadran) yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III dan kuadran IV. Setiap titik pada bidang datar dapat dikaitkan dengan tepat satu pasangan bilangan real terurut yang menyatakan koordinat-koordinat titik tersebut. Atau dengan kata lain suatu sistem koordinat Kartesian pada bidang meletakkan pemadanan (korespondensi) satu-satu antara titik-titik pada bidang dan pasangan-pasangan bilangan real terurut dari R2.
Titik-titik pada sebuah bidang yang membentuk himpunan titik dan memenuhi suatu kriteria tertentu dinamakan kedudukan titik (locus of points). Kedudukan titik dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi. Misalnya titik-titik pada lingkaran berjari-jari 1 cm dapat dinyatakan sebagai x2 + y2 = 1. Secara geometris, hanya titik-titik berjarak 1 cm dari titik pusat lingkaran tersebut yang memenuhi kedudukan titik yang dinyatakan oleh persamaan x2 + y2 = 1.
 
Teorema kedudukan titik

Teorema-teorema dasar tentang kedudukan titik-titik (Fundamental Locus Theorems) sebagai berikut. 
Teorema 1.1
Kedudukan titik-titik yang berjarak sama yaitu d dari sebuah titik P adalah sebuah lingkaran berpusat di titik P dengan ukuran panjang jari-jari d.
 


Teorema 1.2
Kedudukan titik-titik yang berjarak sama yaitu d dari sebuah garis l  adalah sepasang garis-garis sejajar yang masing-masing berjarak d dari garis l

Teorema 1.3
Kedudukan titik-titik yang berjarak sama (equidistant) dari dua buah titik P dan Q adalah sebuah ruas garis (disebut perpendicular bisector).yang tegak lurus  terhadap ruas garis  dan membagi  menjadi dua bagian sama besar

Teorema 1.4
Kedudukan titik-titik yang berjarak sama dari dua garis yang sejajar yaitu l1 dan l2 merupakan sebuah garis diantara keduanya dan sejajar dengan kedua garis tersebut.

Teorema 1.5

Kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap dua garis yang berpotongan yaitu l1 dan l2, adalaha sepasang ruas garis (disebut bisectors) yang membagi dua sama besar sudut-sudut yang yang dibentuk garis l1 dan l2.

Teorema 1.6

Kedudukan titik-titik yang berjarak sama dari kedua sisi sebuah sudut adalah sebuah ruas garis yang membagi dua sudut tersebut (bisector of angle).


Teorema 1.7 Kedudukan titik-titik yang berjarak sama dari dua buah lingkaran konsentris (concentric circles) adalah sebuah lingkaran yang konsentris terhadap kedua lingkaran tersebut dan berada tepat di tengah keduanya.


Teorema 1.8
Kedudukan titik-titik pada jarak tertentu dari sebuah lingkaran yang memiliki jari-jari lebih panjang dari jarak tersebut merupakan sebuah pasangan lingkaran konsentris, di mana masing-masing kedudukan titik tersebut berada di salah satu sisi lingkaran pada jarak tertentu tersebut.



Teorema 1.9
Kedudukan titik-titik yang berjarak tertentu dari suatu lingkaran berjari-jari kurang dari jarak tersebut merupakan sebuah lingkaran yang berada di luar lingkaran pertama dan saling konsentris.

BAB VII. KOORDINAT KARTESIUS, VEKTOR DAN PERSAMAAN BIDANG DALAM RUANG DIMENSI

    Koordinat Kartesius dan Vektor dalam Ruang Dimensi Tiga Dalam koordinat kartesius dimensi tiga patokan mula yang diambil   adalah ...